Kamis, 13 Oktober 2011

BERBAGAI PERMASALAHAN BUDIDAYA BELUT

Bisnis belut memang fenomenal. Permintaan komoditi yang satu ini terus meroket, sementara pasokan yang masih 80% mengandalkan tangkapan alam terus merosot. Maka tidak heran harga belut juga terus meroket. Harga belut di jabotabek yang pada beberapa bulan yang lalu masih berkisar tiga puluh ribuan rupiah, saat ini telah mencapai harga 60 hingga 80 ribuan rupiah.
Dengan harga yang demikian tinggi, tentu akan memberikan keuntungan yang tinggi pula bagi para pembudidaya. Bagi orang yang jeli melihat peluang, hal tersebut tidak akan dibiarkan berlalu begitu saja tanpa berusaha untuk ikut meikmati manisnya bisnis budidaya belut. Namun tahukah anda, ternyata tidak semua  orang yang mencoba budidaya belut tidak semuanya berhasil dan pada akhirnya justru putus asa, dan menganggap bahwa belut bisa dibudidayakan hanyalah mitos belaka.
Sesungguhnya, belut memang bisa dan sangat mungkin untuk dibudidayakan. Hanya saja, jarang yang memahami bagaimana cara budidaya belut yang benar sehingga dapat berhasil, dan tidak memahami berbagai permasalahan dalam budidaya belut. Berikut beberapa permasalahan dalam budidaya belut yang harus diketahui oleh calon pembudidaya belut:
1. Bibit belut
    Permasalahan pertama yang dihadapi oleh alon pembudidaya belut adalah bibit. Selain langkanya bibit belut, saat ini 90% bibit belut yang beredar di pasaran berasal dari tangkapan alam, sehingga tidak terjamin kualitasnya. Para penangkap belut di alam biasanya berebut dengan penangkap lain, sehingga berbagai  macam cara dipakai untuk menangkapnya seperti disetrum, diracun dan sebagainya. Bibit belut yang cara penangkapannya dengan disetrum atau diracun, tentu tidak baik untuk dibudidayakan.
Sebenarnya, belut yang diperjualbelikan di pasar bagus saja dibudidayakan, asal cara penangkapannya benar. Tapi belut yang diperjualbelikan di pasar, kita tidak tahu bagaimana cara penangkapannya, sehingga membeli bibit di pasar bersifat untung-untungan.
Agar tidak bersifat untung-untungan, sebaiknya belilah bibit lansung di tempat budidaya yang jelas reputasinya.

2. Wadah/Kolam Budidaya
Wadah/kolam budidaya sangat mempengaruhi perkembangbiakan belut. Wadah/kolam dipengaruhi oleh bahan dan jenis, luas dan lokasi penempatan wadah/kolam budidaya.
Bahan wadah/kolam yang mudah terpengaruh oleh suhu dan getaran, sangat mempengaruhi kenyamanan belut yang pada akhirnya berpengaruh pada perkembangbiakan belut. Sedangkan penempata wadah/kolam yang tidak tepat, misalnya di tempat yang banyak dilalui oleh orang/binatang/kendaraan juga sangat mempengaruhi kenyamanan belut. Belut yang tidak merasa nyaman di kolam budidaya pada akhirnya akan stress, berusaha lari dan tidak mau makan. Belut yang stress akan sangat rentan terhadap serangan penyakit dan kematian.

3. Media budidaya
Hasil pengamatan penulis, delapan puluh persen kegagalan dipengaruhi oleh media budidaya. Media yang belum matang (masih mengalami proses pembusukan/fermentasi) menempati urutan tertinggi sebagai penyebab kegagalan budidaya, kemudian disusul struktur media yang kasar/kurang gembur/kurang lembut dan kurang suburnya media.
Banyak calon pembudidaya tidak mempunyai kesabaran yang cukup dalam menyiapkan media, sehingga memaksakan memasukkan belut ke dalam media yang belum matang. Waktu bukanlah ukuran siap tidaknya media. Namun media yang lembut, subur, gembur, dan banyak megandung biota pakan belut seperti: zoo plankton, cacing dan sebagainyalah yang disukai belut.

4. Pakan belut
Banyak pembubidaya tidak menyadari bahwa hidup belut sangat tergantung pada pakan. Sering sekali penulis mendengar keluhan pembudidaya belt pemula yang mengaku keewa pada hasil budidayanya yang ternyata jauh dari harapan. Belut banyak berkurag jumlah (kuantitasnya) dan belut menjadi kurus, sehingga jika ditimbang, bukan menjadi lebih berat justru malah turun drastis.
Dari hasil penelusuran ternyata pembudidaya pemula tersebut mengabaikan tentang pakan


5. Pemasaran